Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata:
“Barangsiapa yang mendatangi kuburan saudaranya yang mukmin, kemudian
meletakkan tangannya pada kuburannya, dan membaca surat Al-Qadar (7 kali), maka
ia akan diselamatkan pada hari kiamat.” Dalam hadis yang lain disebutkan: “dan
menghadap ke kiblat.”
Syeikh Abbas Al-Qumi
(ra) mengatakan: Pahala bacaan surat tersebut untuk orang yang membacanya, juga
untuk penghuni kubur yang diziarahi. Karena hal ini dikuatkan oleh hadis-hadis
yang lain.
Makruh Ziarah kubur di
malam hari
Tentang makruhnya ziarah ke kuburan orang-orang mukmin di malam hari,
Rasulullah saw bersabda kepada Abu Dzar: “Jangan sekali-kali kamu berziarah
kepada mereka di malam hari.”
Adab dan doa ziarah
kubur
Pertama: Ketika memasuki areal
kuburan mengucapkan salam.
Abdullah bin Sinan pernah bertanya kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa):
Bagaimana cara mengucapkan salam kepada penghuni kubur? Beliau menjawab:
Ucapkan:
مُؤْمِنِيْنَ وَالْمُسْلِمِيْنَ
اَنْتُمْ لَنَا فَرْطٌ وَنَحْنُ اِنْ مِنَ الْ اَلسَّلاَمُ عَلَى اَهلِ الدِّيَارِ
شَآءَ اللهُ بِكُمْ لاَحِقُوْنَ
Assalâmu ‘alâ ahlid
diyâr, minal mu’minîna wal muslimîn, antum lanâ farthun, wa nahnu insyâallâhu
bikum lâhiqûn.
ARTINYA:
Salam atas para penghuni kubur, mukminin dan muslimin, engkau telah
mendahului kami, dan insya Allah kami akan menyusulmu.
Atau mengucapkan salam
seperti yang diajarkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib (sa):
اَلسَّلاَمُ عَلَى اَهْلِ لاَ اِلَهَ
اِلاَّ اللهُ مِنْ اَهْلِ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ، يَا اَهْلَ لاَ اِلَهَ اِلاَّ
بِحَقِّ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ كَيْفَ وَجَدْتُمْ قَوْلَ لاَ اِلَهَ اِلاَّ
اللهُ مِنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ، يَا لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ بِحَقِّ لاَاِلَهَ
اِلاَّ اللهُ اِغْفِـرْ لِمَنْ قَالَ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ، وَاحْشَـرْنَا فِي
زُمْرَةِ مَنْ قَالَ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ عَلِيٌّ
وَلِيُّ اللهِ
Assâlamu ‘alâ ahli lâ
ilâha illallâh min ahli lâ ilâha illallâh , ya ahla lâ ilâha illallâh bihaqqi
lâ ilâha illallâh kayfa wajadtum qawla lâ ilâha illallâh min lâ ilâha illallâh,
ya lâ ilâha illallâh bihaqqi lâ ilâha illallâh ighfir liman qâla lâ ilâha
illallâh, wahsyurnâ fî zumrati man qâla lâ ilâha illallâh Muhammadun Rasûlullâh
‘Aliyyun waliyullâh.
ARTINYA:
Salam bagi yang mengucapkan la ilaha illallah dari yang mengucapkan la
ilaha illallah, wahai yang mengucapkan kalimah la ilaha illallah dengan hak la
ilaha illallah, bagaimana kamu memperoleh kalimah la ilaha illallah dari la
ilaha illallah, wahai la ilaha illallah dengan hak la ilaha illallah ampuni
orang yang membaca kalimah la ilaha illallah, dan himpunlah kami ke dalam
golongan orang yang mengu¬cap¬kan la ilaha illallah Muhammadur rasululullah
Aliyyun waliyyullah.
Imam Ali bin Abi
Thalib (sa) berkata: “Barangsiapa yang memasuki areal kuburan, lalu mengucapkan
(salam tersebut), Allah memberinya pahala kebaikan 50 tahun, dan mengampuni
dosanya serta dosa kedua orang tuanya 50 tahun.”
Kedua, membaca:
1. Surat Al-Qadar (7 kali),
2. Surat Al-Fatihah (3 kali),
3. Surat Al-Falaq (3 kali),
4. Surat An-Nas (3 kali),
5. Surat Al-Ikhlash (3 kali),
6. Ayat Kursi (3 kali).
Dalam suatu hadis
disebutkan: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Qadar (7 kali) di kuburan
seorang mukmin, Allah mengutus malaikat padanya untuk beribadah di dekat
kuburannya, dan mencatat bagi si mayit pahala dari ibadah yang dilakukan oleh
malaikat itu sehingga Allah memasukkan ia ke surga. Dan dalam membaca surat
Al-Qadar disertai surat Al-Falaq, An-Nas, Al-Ikhlash dan Ayat kursi,
masing-masing (3 kali).”
Ketiga: Membaca doa berikut ini (3 kali):
اَللَّهُمَّ اِنِّي اَسْئَلُكَ
بِحَقِّ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ اَنْ لاَتُعَذِّبَ هَذَا الْمَيِّتِ
Allâhumma innî
as-aluka bihaqqi Muhammadin wa âli Muhammad an lâ tu’adzdziba hâdzal may¬yit.
ARTINYA:
Ya Allah, aku memohon pada-Mu dengan hak Muhammad dan
keluarga Muhammad janganlah azab penghuni kubur ini.
Rasulullah saw bersabda:
“Tidak ada seorang pun yang membaca doa tersebut (3 kali) di kuburan seorang
mayit, kecuali Allah menjauhkan darinya azab hari kiamat.”
Keempat: Meletakkan tangan di kuburannya sambil
membaca doa berikut:
اَللَّهُمَّ ارْحَمْ غُرْبَتَهُ،
وَصِلْ وَحْدَتَهُ، وَاَنِسْ وَحْشَتَهُ، وَاَمِنْ رَوْعَتَهُ، وَاَسْكِنْ
اِلَيْهِ مِنْ رَحْمَتِكَ يَسْـتَغْنِي بِهَا عَنْ رَحْمَةٍ مِنْ سِوَاكَ،
وَاَلْحِقْهُ بِمَنْ كَانَ يَتَوَلاَّهُ
Allâhumarham
ghurbatahu, wa shil wahdatahu, wa anis wahsyatahu, wa amin raw‘atahu, wa askin
ilayhi min rahmatika yastaghnî bihâ ‘an rahmatin min siwâka, wa alhiqhu biman kâma
yatawallâhu.
ARTINYA:
Ya Allah, kasihi keterasingannya, sambungkan kesendiriannya, hiburlah
kesepiannya, tenteramkan kekhawatirannya, tenangkan ia dengan rahmat-Mu yang
dengannya tidak membutuhkan kasih sayang dari selain-Mu, dan susulkan ia kepada
orang yang ia cintai.
Ibnu Thawus
mengatakan: Jika kamu hendak berziarah ke kuburan orang-orang mukmin, maka
hendaknya hari Kamis, jika tidak, maka waktu tertentu yang kamu kehendaki,
menghadap ke kiblat sambil meletakkan tangan pada kuburannya dan membaca doa
tersebut.
Muhammad bin Muslim
pernah bertanya kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa): Bolehkah kami berziarah ke
orang-orang yang telah meningga? Beliau menjawab: Boleh. Kemudian aku bertanya
lagi: Apakah mereka mengenal kami ketika kami berziarah kepada mereka? Beliau
menjawab: “Demi Allah, mereka mengenal kalian, mereka bahagia dan terhibur
dengan kehadiran kalian.” Aku bertanya lagi: Apa yang baca ketika kami
berziarah kepada mereka? Beliau menjawab: bacalah doa ini:
اللَّهُمَّ جَافِ اْلاَرْضَ عَنْ
جُنُوبِهِمْ وَ صَاعِدْ إِلَيْكَ أَرْوَاحَهُمْ وَ لَقِّهِمْ مِنْكَ رِضْوَانًا وَ
أَسْكِنْ إِلَيْهِمْ مِنْ رَحْمَتِكَ مَا تَصِلُ بِهِ وَحْدَتَهُمْ وَ تُونِسُ
بِهِ وَحْشَتَهُمْ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Allâhumma jâfil ardha
‘an junûbihim, wa shâ’id ilayka arwâhahum, wa laqqihim minka ridhwânâ, wa askin
ilayhim mir rahmatika mâ tashilu bihi wahdatahum, wa tûnisu bihi wahsyatahum,
innaka ‘alâ kulli syay-in qadîr.
ARTINYA:
Ya Allah, luaskan kuburan mereka, muliakan arwah mereka, sampaikan mereka
pada ridha-Mu, tenteramkan mereka dengan rahmat-Mu, rahmat yang menyambungkan
kesendirian mereka, yang menghibur kesepian mereka. Sesungguhnya Engkau Maha
Kuasa atas segala sesuatu.
(Disarikan dari kitab Mafatihul Jinan, pasal 10, hlm 567-570)